Museum Mahameru Blora

Museum Mahameru Blora
Museum Mahameru Blora

Selasa, 30 Maret 2010

Blora Kota Sejuta Benda Cagar Budaya

Keberadaan Indonesia yang kaya akan benda cagar budaya memang sudah tidak diragukan lagi. Hampir disetiap daerah terdapat benda-benda cagar budaya yang tidak ternilai harganya sebagai warisan dan sekaligus pertanda betapa hebatnya nenek moyang kita dulu. Bagi anda yang suka melakukan perjalanan wisata ketempat yang memiliki benda-benda cagar budaya, mengunjungi daerah Blora, Jawa Tengah mungkin menjadi salah satu alternatif.

Kabupaten Blora yang terletak di ujung timur Provinsi Jawa Tengah banyak menyimpan benda cagar budaya, baik yang ditemukan oleh masyarakat maupun hasil dari penyisiran geologi. Mulai dari fosil kepala kerbau, kuburan batu, arca Ganesha, genteng buatan tahun 1910, sampai peninggalan masa kolonial berupa senapan VOC, lubang ventilasi, hingga klise foto yang berbahan kaca ada di tempat ini.

Berdasarkan temuan benda cagar budaya tersebut, dapat dibagi dalam lima masa yakni masa prasejarah, masa pengaruh Hindu Budha, masa pengaruh Islam, masa kolonial, dan masa pascakemerdekaan. Peninggalan masa prasejarah ditemukan fosil kepala kerbau di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan.

Penemuan lain di Desa Jiken, Kecamatan Jiken berupa batu bulat berdiameter 20 sentimeter berbahan batu lokal. Diperkirakan batu tersebut, dipakai untuk berburu binatang. Bola diikatkan pada tali, kemudian dilempar ke kaki binatang.

Di Kecamatan yang sama, di Desa Bleboh, ditemukan kubur peti batu di hutan jati daerah setempat. Kubur peti batu tersebut, merupakan salah satu bangunan Megalithikum yang muncul pada masa perundagian pada sekitar 500 SM. Didirikannya bangunan pada masa Megalithikum, menunjukan bahwa daerah tersebut merupakan pusat pemujaan yang memiliki kekuatan supranatural.

Blora juga menyimpan situs masa Hindu Budha berupa arca Ganesha, Siwa Mahadewa, Agastya, Nandiswara, dan dua arca lain yang sulit diidentifikasi karena sudah aus yang ditemukan di Kecamatan Blora. Tumpukan batu bata kuno dan dua antefik atau hiasan pada atap candi yang berasal dari tanah liat bakar ditemukan di Kuwung, Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan.

Penemuan antefik tersebut, menunjukkan bahwa dahulu ada bangunan candi di daerah itu dengan lokasi daerahnya yang relatif tinggi. Di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngawen juga ditemukan lumpang batu yang berfungsi untuk menumbuk biji-bijian sekaligus sebagai benda religi.

Museum Mahameru

Kepala Seksi (Kasi) Pengelolaan Kekayaan dan Keragaman Budaya Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Gembong Setyopujiono menjelaskan, untuk menyelamatkan benda cagar budaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora bekerja sama dengan Yayasan Mahameru. Gembong menjelaskan, seluruh temuan masyarakat maupun hasil penyisiran saat ini berada di Museum Mahameru yang beralamat di Jalan Reksodiputro atau komplek Tirtonadi Blora. “Oleh karena itu, nama Mahameru kita jadikan nama Museum Kabupaten Blora,” katanya.

Memasuki Museum Mahameru, pengunjung seolah dibawa ke masa silam termasuk saat melihat deretan model senjata zaman itu yakni keris, gelang yang menunjukkan gelar kepangkatan seseorang, hingga peralatan masak seperti kuali, serta tempat untuk mendinginkan nasi yang terbuat dari kayu.

Pada masa pengaruh Islam, juga ditemukan kitab Tafsir Jalalain, kitab Ushul, dan kitab Ushul Fiqh seluruhnya tulisan tangan dan saat ini kitab-kitab tersebut berada di Museum Mahameru Blora. Sementara pada masa pengaruh Kolonial, di Blora juga ditemukan Peples tentara, senapan VOC, lubang ventilasi, radio, klise foto berbahan kaca, piring KNIL, dan filter air.

Filter air ditemukan di Kelurahan Kunden, Kecamatan Blora. Alat tersebut dibuat di Inggris dan diperkirakan berasal dari awal abad ke-19. Di Desa Kunden, Kecamatan Blora, juga ditemukan pot bunga yang terbuat dari keramik yang diperkirakan dibuat pada masa dinasti Ming 1368-1643 M. “Yang terbaru saat ini adalah rekonstruksi gading gajah berukuran sekitar 150 sentimeter,” kata Gembong.

Rekonstruksi tersebut dimaksudkan untuk kembali merangkai gading gajah yang sudah pecah dan dilakukan oleh Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Bandung. “Kita juga menemukan fosil gajah purba dan saat ini seluruh benda cagar budaya tersebut berada di Badan Geologi Bandung. Di lokasi masih banyak fosil yang belum diangkat sehingga tempatnya harus diamankan,” katanya.

Gembong menjelaskan, masih adanya fosil yang belum diangkat tersebut karena terkendala dana. Oleh karena itu, langkah darurat yang dilakukan adalah dengan melindungi daerah yang menjadi ladang benda cagar budaya agar tidak diganggu. Ada tiga daerah yang menjadi perhatian khusus terutama karena banyaknya benda cagar budaya yang ditemukan di daerah tersebut. Ketiga daerah tersebut yakni Kecamatan Kradenan, Kecamatan Todanan, dan Kecamatan Blora.

Potensi Lain

Tidak hanya di Museum Mahameru, sejumlah benda bersejarah lainnya juga dapat ditemukan di Kabupaten Blora seperti di makam yang terletak di Desa Ngadipurwo, Kecamatan Blora yang merupakan makam bupati-bupati Blora masa lalu. Di pintu masjid Ngadipurwo tersebut, terdapat prasasti dari kayu bertuliskan huruf Arab berbahasa Jawa.

Makam lain yang merupakan peninggalan masa pengaruh Islam yakni makam Sunan Janjang yang terletak di Desa Janjang, Kecamatan Jiken. Bentuk makam dan nisannya secara keseluruhan termasuk bahan bangunan memiliki nilai sejarah tinggi.

Peninggalan Belanda sampai sekarang juga masih dapat disaksikan langsung yakni stasiun kereta api dan lokomotif di Kecamatan Cepu. Jalur pertama Semarang-Kedungjati diresmikan tahun 1871.

Bagi Erna Sutisni (32) warga Dukuh Sasak, Kelurahan Buluroto, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, banyak potensi benda bersejarah di Kabupaten Blora yang layak dikembangkan. “Saya kaget, ternyata di Blora terdapat museum yang sangat luar biasa. Banyak juga ternyata benda cagar budaya yang ditemukan di sini,” katanya saat ditemui sedang melihat-lihat fosil gading gajah di Museum Mahameru.

Bersama dua anaknya, Erna sebenarnya berada di Museum Mahameru secara kebetulan. Tujuan utamanya, mengajak dua anaknya berenang di tempat wisata Tirtonadi yang berada dalam satu kompleks dengan museum. “Lokasi museum ini, sangat strategis. Seharusnya lebih dikembangkan dengan terus meningkatkan sosialisasi ke masyarakat,” katanya.

Febri, warga Ketanggar, Kecamatan Blora juga mengakui Blora memiliki potensi benda bersejarah yang sangat baik dan bisa digunakan sebagai pengetahuan bagi generasi mendatang. “Mohon ditambah koleksinya,” katanya.

Tidak ada komentar: