Museum Mahameru Blora

Museum Mahameru Blora
Museum Mahameru Blora

Minggu, 11 Juli 2010

SITUS SEJARAH DI KABUPATEN BLORA

Blora merupakan sebuah kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Blora sebagai sebuah kota telah meninggalkan banyak situs yang berserakan. Hal ini berkaitan dengan adanya peninggalan dari kerajaan jipang panolan dan situs wura-wari. Situs-situs sejarah ini misalnya:

* Perpustakaan Daerah

Perpustakaan daerah biasanya merupakan sebuah perpustakaan yang lokasinya di tingkat kabupaten. Sebagai contoh misalnya: perpustakaan yang ada dikabupaten Blora yang beralamat di jalan A.Yani kompleks GOR Kolonel Soenandar. Di perpustakaan ini tersimpan berbagai macam koleksi sumber sejarah tertulis yang meliputi berbagai bidang serta buku-buku mengenai sejarah blora, kebudayaan blora, suku Samin dan sumber-sumber lain yang kompeten dalam penulisan sejarah.

* Museum Mahameru

Berawal dari rasa iri, meri terhadap kabupaten tetangga seperti Rembang, Pati, Grobogan, dan Bojonegoro (Jawa Timur), Mahameru ini dibangun,” ungkap Ketua Yayasan Mahameru Blora Gatot Pranoto BE. Pada awalnya, dengan merekrut beberapa personel muda yang memiliki keinginan untuk pelestarian budaya dan sejarah, obsesi Mahameru masih ambyah-ambyah atau kurang terfokus. Begitu berdiri, tidak tanggung-tanggung langsung berbadan hukum. Kali pertama yang dilakukan sejumlah personel Mahameru adalah menelusuri literatur dan studi lapangan dengan obsesi menyusun buku sejarah Blora. Latar belakangnya, selama ini masih terlalu banyak versi penyusunan sehingga buku sejarah Blora ini belum diketahui ending-nya.

Didorong oleh keinginan terus maju, tidak puas dengan apa yang diraih saat ini, Yayasan Mahameru secara rutin menerjunkan tim penelusur dan pemantau benda-benda bersejarah ke seluruh pelosok di Blora. Fosil binatang raksasa, pecahan keramik dari negeri manca, bebatuan, tosanaji telah ditemukan tim ekspedisi itu. penemuan fosil kerbau purba yang diperkirakan sudah berusia 1 juta – 2 juta tahun lalu di Kecamatan Menden, Blora, kini tim Yayasan Mahameru Blora kembali menemukan fosil binatang purba jenis pemakan daging yang diperkirakan juga berusia jutaan tahun. Temuan fosil baru itu secara lisan telah dilaporkan ke Dinas Pariwisata Blora dan barangnya saat ini untuk sementara disimpan di Rumah Sejarah Blora..

Temuan di Desa Rowobungkul adalah pecahan keramik yang diperkirakan peninggalan zaman Dinasti Ming, sebagian peninggalan Dinasti Tsung dan Dinasti Tsing. Yang menarik, hamparan pecahan keramik itu berada di area yang sangat luas, 20 hektare

Benda bersejarah yang menjadi koleksi Museum Mahameru bertambah 1 buah, yaitu berupa 1 kotak wayang kulit (50 – 70 buah). Benda tersebut dihibahkan warga Desa Jatisari, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. Dihibahkannya wayang kulit tersebut dilatar belakangi cerita mistis, namun menjadi fakta ditengah kehidupan warga Jatisari. Menurut Ketua Yayasan Mahameru Blora, Gatot Pranoto, warga desa menyebut benda yang dihibahkan tersebut sebagai wayang kulit Malati. Pemberian nama itu dilatarbelakangi oleh kejadian aneh yang menimpa setiap warga yang menyimpan wayang kulit tersebut, ketika disimpan di rumah salah seorang perangkat desa, tanpa diketahui penyebabnya tiba – tiba salah seorang anggota keluarga perangkat itu jatuh sakit. Dan anehnya, saat wayang kulit itu dipindahkan ke tempat lain, warga yang sakit itu sembuh. Peristiwa itu terjadi berulang kali di Desa Jatisari. Setelah mengalami peristiwa yang sama, warga desa sepakat membiarkan wayang kulit itu di Balai Desa.

* Lubang Buaya Dukuh Pohrendeng

Lubang buaya ini merupakan tempat pembuangan mayat korban PKI 1948 yang terletak di dukuh Pohrendeng, Desa Maguwan kecamatan Tunjungan. Korban dari PKI ini yaitu Mr. Iskandar yang merupakan Presiden Landraad pada pengadilan Negeri Blora sejak penjajahan yang diangkat menjadi bupati blora ketika Indonesia merdeka. Ketika menculik Mr. Iskandar tertangkap terikut pula dokter Susanto yang merawat Mr. Iskandar dan seorang camat margorojo pati yang bernama Oetoro. Selain itu dua orang lagi dari blora yaitu Gunandar dan Abu Umar.

* Sunan Pojok

Makam Sunan Pojok terletak di jantung Kota Blora dekat dengan Alun-Alun Kota Blora, tepatnya berada disebelah Utara Pasar Kota Blora, sangat strategis dan mudah dijangkau baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Menurut data inventaris Kepurbakalaan dari Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Blora serta hasil dari pendapat sebagian tokoh masyarakat mengenai data-data makam para tokoh Pemerintahan dan Keagamaan pada waktu dulu, merupakan awal mula pemerintahan di Kabupaten Blora. Barangkali dari sini dapat digambarkan asal mula Kabupaten Blora. Makam Sunan Pojok adalah Makam Pangeran Surobahu Abdul Rohim. Sebelumnya beliau adalah seorang perwira di Mataram yang telah berhasil memadamkan kerusuhan di daerah pesisir utara atau tepatnya didaerah Tuban, sekembalinya dari Tuban diperjalanan beliau jatuh sakit dan meninggal dunia di Desa Pojok Blora.

* Situs Wura-Wari

Lokasi Situs Wura-wari ini dari Jipang, Ngloram dapat ditempuh dengan berkendaraan sekitar sepuluh menit. Haji Wura-Wari adalah penguasa bawahan (vasal) yang pada tahun 1017 Masehi menyerang Kerajaan Mataram Hindu (semasa Raja Darmawamsa Tguh). Saat itu Kerajaan Mataram Hindu berpusat di daerah yang sekarang dikenal dengan Maospati, Magetan, Jawa Timur. Serangan dilakukan ketika pesta pernikahan putri Raja Darmawamsa Teguh dengan Airlangga, yang juga keponakan raja, sedang dilangsungkan.

Membalas dendam atas kematian istri, mertua, dan kerabatnya, Airlangga yang lolos dari penyerangan dan tinggal di Wanagiri (di daerah perbatasan Jombang-Lamongan), akhirnya balik menghancurkan Haji Wura-Wari. Namun, sebelumnya Haji Wura-Wari terlebih dahulu menyerang Airlangga sehingga dia terpaksa mengungsi dan keluar dari keratonnya di Wattan Mas (sekarang Kecamatan Ngoro, Pasuruan, Jawa Timur).

Serangan balik Airlangga, yang ketika itu sudah dinobatkan menggantikan Darmawamsa Tguh, ditulis dalam Prasasti Pucangan (abad XI) yang terjadi pada tahun 1032 M. Serangan itu pula yang memperkuat dugaan batu bata kuno berserakan di sekitar situs tersebut.

Situs yang ditemukan tim ekspedisi berada di tengah tegalan, di tepi persawahan, berupa tumpukan batu bata kuno berlumut yang kini dijadikan areal pemakaman.. Sejak tahun 2000, telah dikumpulkan serpihan batu bata kuno berukuran 20 x 30 sentimeter dengan tebal sekitar 4 cm, serpihan keramik, serta serpihan perunggu yang kini disimpan di Museum Mahameru.

Temuan di situs itu memperkuat isi Prasasti Pucangan bertarikh Saka 963 (1041/1042 Masehi) yang pernah diuraikan ahli huruf kuno (epigraf) Boechori dari Universitas Indonesia. Boechori menyebutkan, …Haji Wura-Wari mijil sangke Lwaram. Mijil mempunyai arti keluar (muncul dari).

Hasil analisis toponimi (nama tempat), kemungkinan nama Lwaram berubah menjadi Desa Ngloram sekarang. “Pelesapan konsonan ’w’, penyengauan di awal kata, dan perubahan vokal ’a’ menjadi ’o’ menjadikan nama lama Lwaram menjadi Ngloram sekarang. Penjelasan seperti itu pula yang membantah berbagai pendapat terdahulu yang menyebutkan Haji Wura-Wari berasal dari daerah Indocina atau Sumatera sebagai koalisi Sriwijaya. Cepu memiliki data arkeologis, toponimi, dan geografis kuat untuk melokasikannya di tepian Bengawan Solo di Desa Ngloram.

* Petilasan Kadipaten Jipang Panolan

Petilasan Kadipaten Jipang Panolan berada di Desa Jipang, sekitar 8 kilometer dari kota Cepu. Petilasannya berwujud makam Gedong Ageng yang dahulu merupakan pusat pemerintahan dan bandar perdagangan Kadipaten Jipang. Di tempat tersebut juga terlihat Petilasan Siti Hinggil, Petilasan Semayam Kaputren, Petilasan Bengawan Sore, dan Petilasan Masjid.

Ada juga makam kerabat kerajaan, antara lain makam R Bagus Sumantri, R Bagus Sosrokusumo, RA Sekar Winangkrong, dan Tumenggung Ronggo Atmojo. Di sebelah utara Makam Gedong Ageng, terdapat Makam Santri Songo. Disebut demikian karena di situ ada sembilan makam santri dari Kerajaan Pajang yang dibunuh oleh prajurit Jipang karena dicurigai sebagai telik sandi atau mata-mata Sultan Hadiwijaya.

* Cepu, Nglobo, Ledok, dan Wonocolo

Jumlah sumur tua yang ada mencapai 648 buah dengan 112 di antaranya masih aktif memproduksi minyak. Perlu diketahui, sumur minyak di Cepu ini kali pertama ditemukan pada tahun 1890 oleh Bataafsche Petroleum Maatchappij (BPM), sebuah perusahaan minyak dari Belanda, yang kemudian namanya berubah menjadi Shell. Sebagian besar sumur tua tersebut masih ditambang secara tradisional oleh masyarakat setempat. Mereka menggunakan tali dan timba yang ditarik oleh sekitar 15 orang atau memanfaatkan sapi untuk menderek. Sumur-sumur tua itu umumnya berada di areal perbukitan dan di tengah-tengah kawasan hutan jati. Maka, perlu upaya ekstra untuk bisa melihatnya

* Makam Purwo Suci Ngraho Kedungtuban

Makam Purwo Suci terletak di Dukuh Kedinding, Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban lebih kurang 43 km kearah tenggara dari Kota Blora, mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat sampai ke jalan desa kemudian untuk mencapai makam dolanjutkan dengan berjalan kaki lebih kurang 500 m sambil menikmati pemandangan alam, karena letaknya berada di puncak perbukitan dengan luas areal bangunan makam lebih kurang 49 persegi. Menurut informasi atau cerita dari masyarakat setempat Makam Purwo Suci adalah makam seorang Adipati Penolan sesudah Haryo Penangsang bernama Pangeran Adipati Notowijoyo. Di dalam halaman makam tersebut juga terdapat Makam Nyai Tumenggung Noto Wijoyo, karena jasa-jasanya, sampai saat ini makam tersebut masih banyak dikunjungi oleh masyarakat untuk tujuan tertentu, bahkan pernah dipugar oleh Bupati Blora pada tahun 1864 dengan memakai sandi sengkolo, Karenya Guna Saliro Aji ( tahun 1864 ). Menurut ceritera yang panjang, makam ini cocok dikunjungi oleh wisatawan yang senang akan olah roso dan olah kebatinan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

* Makam Maling Gentiri

Makam Maling Gentiri terletak di Desa Kawengan, Kecamatan Jepon, lebih kurang 12 km kearah Timur dari Kota Blora, mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Menurut buku karya Sartono Dirdjo ( Tahun 1984 ), serta buku Tradisional Blora karya Prof. DR.Suripan Sadi Hutomo ( tahun 1966 ) serta hasil dari cerita rakyat, Gentiri adalah putra dari Kyai Ageng Pancuran yang saat hidupnya mempunyai kesaktian tinggi ( sakti mondroguna ), suka menolong kepada orang yang sedang kesusahan, orang yang tidak mampu dan sebagainya, suka mencuri ( maling ) namun bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk orang lain yang sedang kesusahan. Maling Gentiri dijuluki Ratu Adil yang dianggap sebagai tokoh yang suka mengentaskan rakyat dari kemiskinan. Dengan perjalanan sejarah yang panjang akhirnya Maling Gentiri sadar dan semua perbuatan yang melanggar hukum dia tinggalkan, hingga akhirnya dia meninggal dan dimakamkan di Ds. Kawengan, Kecamatan Jepon. Karena jasa-jasanya banyak, masyarakat setempat atau dari daerah lain yang datang ke makam tersebut karena masih dianggap keramat (Karomah), baik untuk berziarah maupun untuk tujuan tertentu.

* Makam Jati Kusumo dan Jati Swara

Makam Jati Kusumo dan Jati Swara terletak di Desa Janjang, Kecamatan Jiken lebih kurang 31 km kearah Tenggara dari Kota Blora atau lebih kurang 10 km dari Kecamatan Jiken, mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Dengan luas areal lebih kurang 1 Ha yang didalamnya terdapat Makam Jati Kusumo dan Jati Swara, makam Rondo Kuning ( putri yang tergila-gila ingin diperistri oleh kedua bangsawan tersebut ), empat makam sahabat , Bangsal sesaji, Guci berisi air ( dianggap punya karomah ), Batu Pasujudan, dan juga bangsal untuk pertunjukan Wayang Krucil. Menurut ceritera rakyat setempat Pangeran Jati Kusumo dan Jati Swara adalah dua bersaudara kakak beradik putra dari Sultan Pajang, Mempunyai kesaktian yang tinggi, suka menolong orang lain, suka mengembara kemana-mana dengan tujuan untuk menyebarkan Agama Islam. Terbukti dengan adanya bangunan masjid disana karena jasa-jasanya.

2 komentar:

LILIK INOVATIF mengatakan...

Berjuang terus Co (Koncon/teman). Ungkap semua situs yang di Kabupaten Blora. Masih banyak hal yang belum terungkap. Semoga sukses selalu dan Ridho Rohman dan Rohim Allah SWT. menyertai kalian. Amin. (Tambah terus datanya dan upload di internet).

Unknown mengatakan...

kalau penemuan keramik dari Blungun itu ada atau tidak ya? saya siswa, baru belajar tentang itu. Terimakasih :)